Cerita Rakyat Bukit Catu Lengkap Dengan Gambar
Halo para pembaca, kembali lagi dengan saya penulis yang selalu memberikan tulisan terbaik untuk anda baca. Pada kesempatan kali ini saya akan memberikan cerita rakyat Bukit Catu yang berada di Bali. Tentunya tak lupa saya juga melengkapinya dengan sebuah gambar agar kalian lebih senang dalam membacanya. Oke, kalau begitu langsung saja yuk kita baca bersama.
Pada Zaman dahulu di pedalaman pulau bali terdapat sebuah desa yang sangat makmur dan selalu mendapatkan hasil panen yang berlimpah. Di desa tersebut ada seorang petani bernama Pak Jurna yang hanya tinggal dengan istrinya saja. Mereka sangat giat dan rajin sekali dalam bertani sehingga mereka bisa mendapatkan hasil yang lumayan banyak.
Karena pada panen kali ini pak jurna merasa senang, ia ingin berkaul kepada sang widi agar panen berikutnya bisa terus berlimpah. Lalu sang istri bertanya kepada pak Jurna.
Istri : bapak mau berkaul apa?
Pak Jurna : saya ingin berkaul dengan membuat sebuah nasi tumpeng sebagai ucapan rasa syukur serta panen berikutnya juga terus berlimpah.
Istri : ok, kalau begitu ibu akan membuatkan nasi tumpengnya.
Setelah mereka berkaul dengan membuat nasi tumpeng, memang benar mereka mendapat hasil panen yang berlimpah dan juga padi yang berkualitas sangat baik.
Dengan begitu, pak jurna merasa bangga dan jadi beranggapan kalau mereka hanya perlu melakukan kaul nasi tumpeng saja untuk mendapatkan hasil panen yang berlimpah dan bisa menjadi orang kaya.
Untuk panen berikutnya ia mendapatkan apa yang telah diharapkan setelah berkaul, hingga suatu hari ia menuju ke sawah dan melihat ada sebuah onggokan tanah yang menyerupai sebuah catu dan pak jurna berfikir kalau itu adalah sebuah petunjuk agar membuatkan nasi tumpeng yang sebesar onggokan tanah itu.
Sebelum lanjut, saya mau menjelaskan catu adalah sebuah belahan batok kelapa yang biasa di gunakan untuk mengambil nasi. Atau kurang lebih seperti sebuah centong nasi yang terbuat dari batok kelapa.
Lalu pada keesokan harinya setelah mereka membuatkan nasi tumpeng sebesar onggokan atau gundukan tanah itu ternyata tanah itu menjadi lebih besar dari sebelumnya dan juga lebih besar daripada nasi tumpeng yang sudah mereka buat tadi. Akan tetapi pak jurna merasa kalau itu adalah petunjuk agar mereka harus membuatkan nasi tumpeng yang lebih besar lagi.
Begitu keesokan harinya mereka membuat nasi tumpeng yang lebih besar sesuai dengan onggokan tanah tersebut. Tapi lagi-lagi onggokan tanah tersebut berubah lagi menjadi lebih besar dari nasi tumpeng yang telah ia buat.
Kejadian itu terus berlangsung setiap hari, akan tetapi pak jurna tidak pantang menyerah dan terus berusaha membuat nasi tumpeng yang besarnya sesuai onggokan tanah tersebut.
Karena terlalu sering membuat nasi tumpeng yang ukurannya besar dan bertambah besar setiap hari jadi membuat persediaan padi pak jurna semakin habis, Sehingga pak jurna menjadi orang miskin. Kini pak jurna tak sanggup lagi membuat nasi tumpeng yang sebesar onggokan tanah itu karena onggokan tanah itu setiap hari semakin besar dan kini besarnya seperti sebuah bukit.
Dari onggokan tanah tersebut terjadilah sebuah bukit yang sekarang diberi nama Bukit Catu. Cerita rakyat ini benaran ada hingga saat ini dan anda dapat melihatnya di Bali.
Sebenarnya dari kejadian itu terdapat sebuah pelajaran yang menyuruh kita untuk selalu bersyukur dengan apa yang telah kita dapatkan saat ini, serta jangan lupa untuk berbagi kepada sesama.
Semoga dengan adanya cerita rakyat bukit catu ini anda jadi lebih mengetahui asal usul bukit catu yang ada di bali dan juga mendapat pelajaran akan rasa bersyukur kepada tuhan yang maha esa atas nikmat yang telah diberikannya untuk kita.
Pada Zaman dahulu di pedalaman pulau bali terdapat sebuah desa yang sangat makmur dan selalu mendapatkan hasil panen yang berlimpah. Di desa tersebut ada seorang petani bernama Pak Jurna yang hanya tinggal dengan istrinya saja. Mereka sangat giat dan rajin sekali dalam bertani sehingga mereka bisa mendapatkan hasil yang lumayan banyak.
Karena pada panen kali ini pak jurna merasa senang, ia ingin berkaul kepada sang widi agar panen berikutnya bisa terus berlimpah. Lalu sang istri bertanya kepada pak Jurna.
Istri : bapak mau berkaul apa?
Pak Jurna : saya ingin berkaul dengan membuat sebuah nasi tumpeng sebagai ucapan rasa syukur serta panen berikutnya juga terus berlimpah.
Istri : ok, kalau begitu ibu akan membuatkan nasi tumpengnya.
Setelah mereka berkaul dengan membuat nasi tumpeng, memang benar mereka mendapat hasil panen yang berlimpah dan juga padi yang berkualitas sangat baik.
Dengan begitu, pak jurna merasa bangga dan jadi beranggapan kalau mereka hanya perlu melakukan kaul nasi tumpeng saja untuk mendapatkan hasil panen yang berlimpah dan bisa menjadi orang kaya.
Untuk panen berikutnya ia mendapatkan apa yang telah diharapkan setelah berkaul, hingga suatu hari ia menuju ke sawah dan melihat ada sebuah onggokan tanah yang menyerupai sebuah catu dan pak jurna berfikir kalau itu adalah sebuah petunjuk agar membuatkan nasi tumpeng yang sebesar onggokan tanah itu.
Sebelum lanjut, saya mau menjelaskan catu adalah sebuah belahan batok kelapa yang biasa di gunakan untuk mengambil nasi. Atau kurang lebih seperti sebuah centong nasi yang terbuat dari batok kelapa.
Lalu pada keesokan harinya setelah mereka membuatkan nasi tumpeng sebesar onggokan atau gundukan tanah itu ternyata tanah itu menjadi lebih besar dari sebelumnya dan juga lebih besar daripada nasi tumpeng yang sudah mereka buat tadi. Akan tetapi pak jurna merasa kalau itu adalah petunjuk agar mereka harus membuatkan nasi tumpeng yang lebih besar lagi.
Begitu keesokan harinya mereka membuat nasi tumpeng yang lebih besar sesuai dengan onggokan tanah tersebut. Tapi lagi-lagi onggokan tanah tersebut berubah lagi menjadi lebih besar dari nasi tumpeng yang telah ia buat.
Kejadian itu terus berlangsung setiap hari, akan tetapi pak jurna tidak pantang menyerah dan terus berusaha membuat nasi tumpeng yang besarnya sesuai onggokan tanah tersebut.
Karena terlalu sering membuat nasi tumpeng yang ukurannya besar dan bertambah besar setiap hari jadi membuat persediaan padi pak jurna semakin habis, Sehingga pak jurna menjadi orang miskin. Kini pak jurna tak sanggup lagi membuat nasi tumpeng yang sebesar onggokan tanah itu karena onggokan tanah itu setiap hari semakin besar dan kini besarnya seperti sebuah bukit.
Dari onggokan tanah tersebut terjadilah sebuah bukit yang sekarang diberi nama Bukit Catu. Cerita rakyat ini benaran ada hingga saat ini dan anda dapat melihatnya di Bali.
Sebenarnya dari kejadian itu terdapat sebuah pelajaran yang menyuruh kita untuk selalu bersyukur dengan apa yang telah kita dapatkan saat ini, serta jangan lupa untuk berbagi kepada sesama.
Semoga dengan adanya cerita rakyat bukit catu ini anda jadi lebih mengetahui asal usul bukit catu yang ada di bali dan juga mendapat pelajaran akan rasa bersyukur kepada tuhan yang maha esa atas nikmat yang telah diberikannya untuk kita.